SELAMAT DATANG

semoga blog saya bisa bermanfaat bagi anda

Jumat, 20 Agustus 2010

Naskah Publikasi


PERBEDAAN KEJADIAN DIARE AKUT PADA BAYI 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSLUSIF DAN YANG DIBERI SUSU FORMULA DI DESA MUJUR LOR KECAMATAN KROYA KABUPATEN CILACAP 2010

Diare di Indonesia adalah salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita. Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama masyarakat terutama pada anak balita. Karena itu dalam upaya pencegahan dan pengobatan diare, upaya paling mudah dan murah adalah dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI). Namun masih ada sebagian ibu yang tidak memberikan ASI terhadap bayinya. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kejadian diare akut pada bayi umur 0-6 bulan yang diberi ASI dan yang diberi susu formula di desa Mujur lor kecamatan Kroya kabupaten Cilacap.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pendekatan Retrospektif Populasi yang diteliti adalah bayi yang berumur 0-6 bulan yang berada di desa Mujur Lor kecamatan Kroya kabupaten Cilacap. Teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling dan diperoleh 39 sampel yang memenuhi inklusi.teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner, kemudian dianalisis dengan uji chi square dan disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 – 21 Mei 2010.
Hasil penelitian menunjukkan nilai p-value = 0,015 dan nilai chi-square sebesar 5,970 dan α = 0,05. Artinya ada perbedaan yang bermakna antara kejadian diare akut pada bayi 0-6 bulan yang diberi ASI ekslusif dengan bayi yang diberi susu formula (p<0,05).

Kata kunci : bayi umur 0 – 6 bulan, diare akut, ASI ekslusif,susu formula.

PENDAHULUAN
Dalam catatan World Health Organization (WHO), diare membunuh 2 juta anak setiap tahunnya. Menurut Sukersa (2001), wabah diare di Indonesia adalah
salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita.
Di Indonesia dapat ditemukan pasien penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, 70-80% dari penderita ini adalah balita (± 40 juta kejadian) (profil kesehatan Jawa Tengah 2007).
Bayi 0-6 bulan rentan terkena diare, karena enzim laktosa dalam usus kerapatanya belum sempurna, sehingga ia sulit untuk mengurai kuman-kuman yang masuk sehingga bayi bisa terkena diare.
Upaya pencegahan dan pengobatan pada bayi yang paling mudah dan murah adalah dengan memberikan ASI, karena ASI mempunyai sifat immunologi yang melindungi bayi terhadap infeksi teritama diare, sifat imunologi ini tidak bisa didapatkan dari susu sapi atau susu formula (Roesli, 2001).
Hasil pemantauan pengamatan sepuluh besar penyakit di kabupaten Cilacap kasus diare menempati urutan pertama dimana kasus diare balita tahun 2008 sebanyak 5.869 (35,04%) (profil kesehatan Cilacap). Di puskesmas Kroya II menduduki urutan kedua dari 10 besar penyakit yaitu sejumlah 77 kasus (29,16%). Angka cakupan ASI Cialcap 17% , Kroya II 25% dan desa Mujur Lor 44%.
Berdasarkan data bulan juni 2010 populasi bayi umur 0-6 bulan sebanyak 39 bayi, dari 39 bayi tersebut yang diberi ASI ekslusif 17 atau 44% yang diberi susu formula sebanyak 22 bayi atau 56%. Dari pengamatan peneliti pada 8 kasus diare yang terjadi di desa Mujur Lor 63% (5 bayi) kasus diare akut terjadi pada bayi yang diberi susu formula dan 37% (3 bayi) kasus diare terjadi pada bayiyang diberi ASI ekslusif.
Dari data diatas maka dapat ditentukan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana perbedaan kejadian diare akut pada bayi 0-6 bulan yang diberi ASI ekslusif dan yang diberi susu formula di desa Mujur Lor kecamatan Kroya kabupaten Cilacap”.
TINJAUAN TEORI.
Menurut (Brunner n Sudarth, 2000) diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3x dalam sehari), juga
perubahan dalam jumlah dan konsistensinya (feces air). Sedangkan menurut (Siregar, 2005) diare adalah suatu keadaan abnormal dari pengeluaran berak dengan frekuensi 3 kali atau lebih dengan melihat konsistensinya lembek cair sampai cair dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja.
Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak dan berlangsung kurang dari 7 haripada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer, 2000).
Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor infeksi, faktor malabsorpsi, faktor makanan dan faktor psikologis. Klasifikasi diare bisa didasarkan pada kehilangan berat badan, skor maurice king, dan MTBS. Faktor-faktor yang mengakibatkan timbulnya diare antara lain faktor anak, faktor ibu dan faktor lain.
Pencegahan pada diare (Suraatmaja, 2005) yaitu dengan pemberian ASI, menggunakan air bersih, mencuci tangan, penggunaan jamban, cara yang benar membuang tinja dan imunisasi campak
Bayi umur 0-6 bulan masih rentan terkena diare karena beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase dan yang lainnyabaru akan diproduksi sempurna saat bayi berusia 6 bulan. Gangguan pencernaan itu sendiri bisa diakibatkan oleh infeksi, alergi dan gangguan motilitas usus karena infeksi serta gangguan keseimbangan basa di darah. Gangguan pencernaan pada bayi dapat berasal dari susu formula yang dikonsumsinya maupun makanan pendamping ASI lainnya atau bayi terlalu dini menerima sapih. Sebelum berumur 6 bulan bayi harus menerima ASI karena merupakan makanan utama bagi bayi.
Air Susu Ibu (ASI) adalah air susu ibu yang keluar segera setelah ibu melahirkan bayinya. ASI merupakan emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagian makanan utama pada bayi (Siregar, 1994). ASI ekslusif adalah pemberian hanya ASI kepada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan tanpa diberi makanan atau minuman tambahan kecuali obat. Keunggulan
ASI dilihat dari beberapa aspek yaituaspek gizi, aspek immunologi, aspek psikologis, aspek kecerdasan, aspek neurologis, aspek ekonomis, aspek penundaan kehamilan.
Kebutuhan ASI bayi umur 0-6 bulan dalam 24 jam.
Umur bayi
Kebutuhan cairan
0-1 bulan
1-2 bulan
2-3 bulan
3-6 bulan
719
795
848
822
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI yaitu faktor pendidikan, faktor pengetahuan ibu, faktor pengalaman, faktor ibu bekerja.
Susu formula adalah formula pemula yang telah dicairkan sesuai dengan petunjuk, dapat memenuhi semua kebutuhan nutrisi bayi selama 4-6 bulan pertama kehidupannya dan selanjutnya sampai umur 1 tahun dengan penambahan makanan pelengkap. Susu formula disusun agar komposisi dan kadar nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan bayi secara fisiologis serupa dengan komposisi ASI (Markum, 2000).
Susu formula merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu , kontaminasi mudah terjadi terutama bila dalam persiapan dan pemberiannya kurang mengindahkan segi aseptik. Dampak negatif kontaminasi yang paling sering terjadi adalah diare, yang merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang (Markum, 2000).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian diare akut pada bayi umur 0-6 bulan yang diberi ASI ekslusif dan yang diberi susu formula di desa Mujur Lor kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap. Jenis penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan retrospektif. Variabel yang diukur meliputi karakteristik bayi (umur dan jenis kelamin), variabel pemberian makanan pada bayi (ASI atau susu formula) dan variabel kejadian diare akut. Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya II Kabupaten Cilacap Tahun 2010 dengan populasi bayi umur 0-6 bulan 39 bayi. Sampel diambil secara total sampling .
Data dikumpulkan melalui kuisioner untuk mengetahui karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, berat badan, kejadian diare akut dalam 3 bulan terakhir dan untuk mengetahui makanan yang diberikan pada bayi yang berupa ASI ekslusif dan susu formula.
Tekhnik analisa yang dilakukan yaitu analisis univariat dan bivariat, pada variabel-variabel bebas dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan analisis chi square yaitu analisis antara 1 variabel bebas dengan 1 variabel terikat. Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pemberian ASI ekslusif dan pemberian susu formula dengan kejadian diare akut tanpa memperhatikan pengaruh variabel lain.
Rumus chi square
Untuk melihat seberapa perbedaan dengan memakai rumus koefisien kontingensi.
C =
Dari hasil perhitungan didapatkan, jika p > 0,05 berarti Ho diterima yang artinya tidak ada perbedaan antara pemberian ASI ekslusif dengan pemberian susu formula terhadap kejadian diare akut dan menolak Ha. Sedangkan jika p < 0,05 berarti Ho ditolak yang artinya ada perbedaan antara pemberian ASI ekslusif dengan pemberian susu formula terhadap kejadian diare akut dan menerima Ha.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan di desa Mujur Lor kecamatan Kroya kabupaten Cilacap. Di desa Mujur Lor terdapat 4 posyandu dengan nama posyandu melati 1 sampai dengan melati 4. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 Mei 2010 sampai dengan 30 Juni 2010, dengan meneliti kejadian diare akut pada bayi umur 0-6 bulan yang diberi ASI ekslusif dan yang diberi susu formula.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dalam kelompok 20-25 tahun sebanyak 24 orang atau 61,5%, kelompok umur 26-30 tahun sebanyak 9 orang atau 23,1%, kelompok 30-35 tahun sebanyak 5 orang 12,8% dan yang paling sedikit
umur 36-40 tahun sejumlah 1 orang atau 2,6%.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 25 orang atau 64,1% dan swasta sebanyak 14 orang atau 35,9%.
Hasil penelitian menunjukkan ibu yang berpendidikan SD sebanyak 13 orang atau 33,3%, yang berpendidikan SMP sebanyak 13 orang atau 33,3% dan yang berpendidikan SMA sebanyak 13 orang atau 33,3%.
Hasil penelitian menunjukkanb bahwa sebagian ibu menyatakan bahwa anak balitanya pernah mengalami kejadian diare akut sebanyak 19 orang atau 48,7% dan yang mengatakan balitanya dalam 3 bulan terahir tidak terkena diare sebanyak 20 orang atau 51,3%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memberikan susu formula kepada bayinya yaitu sebanyak 22 atau 56,4% dan yang memberikan ASI sebanyak 17 orang atau 43,6%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dihasilkan bahwa yang memberikan ASI secara ekslusif dan bayinya terkena diare akut sebanyak 4 bayi atau 10,3 % dan yang tidak terkena diare akut sebanyak 13 bayi atau 33,3 %. Pada bayi yang diberi susu formula yang terkena diare akut sebanyak 15 bayi atau 38,5% dan yang tidak terkena diare akut sebanyak 7 bayi atau 17,9%. Jadi bayi yang terkena diare akut lebih banyak terjadi pada bayi yang diberi susu formula dari pada yang diberi ASI secara ekslusif.
Hasil uji statistik Chi-Square di peroleh nilai Chi-Square () sebesar 5,970 dan nilai p-value sebesar 0,015. Dari hasil tersebut X tabel > X hitung atau 5,970 > 3,841 dan nilai p = 0,015 yang berarti p < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis dapat diterima yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian diare akut pada bayi umur 0-6 bulan yang diberi ASI ekslusif dengan yang diberi susu formula di desa Mujur Lor kecamatan Kroya kabupaten Cilacap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu menyatakan bahwa anaknya pernah mengalami kejadian diare akut yaitu sebanyak
19 orang (48,8 %) sedangkan yang tidak mengalami kejadian diare akut sebanyak 20 orang (51,2 %).
Menurut Pudjiadi (2001), diare bisa disebabkan karena adanya alergi, intoleransi, keracunan, defisiensi imun dan mal absorpsi. Salah satu upaya pencegahannya dengan memberikan Air Susu Ibu secara ekslusif sampai 6 bulan pertama, menggunakan air bersih, mencuci tangan sesudah buang air besar dan sebelum makan, membuang tinja dengan benar dan memasak makanan bayi, menjaga makanan dan alat masak dengan benar (Mansyur, 2000).
Diare juga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu faktor infeksi, faktor malabsorpsi, faktor makanan dan faktor psikologis. Namun yang paling sering terjadi karena faktor infeksi. Selain faktor tersebut diatas diare juga dipengaruhi oleh faktor yang lain diantaranya faktor anak yang meliputi usia dan status gizi, faktor ibu yaitu tingkat sosial ekonomi dan pendidikan karena hal ini akan mempengaruhi makanan yang diberikan pada bayi dan bagaimana cara pemberiannya (Soegijanto, 2002).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memberikian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif pada bayinya yaitu sebanyak 17 orang atau 43,6 % dan ibu yang tidak memberikan Air Susu Ibu sebanyak 22 orang atau 56,4 %.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alamiah yang baik bagi bayi. ASI selalu segar dan bebas dari segala macam bakteri yang menularkan penyakit. Sehingga kemungkinan akan terjadinya gangguan pencernaan makanan menjadi lebih kecil (Siregar, 1994).
Berdasarkan penelitian ini angka kejadian diare akut pada bayi umur 0-6 bulan yang diberi Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif di desa Mujur Lor kecamatan Kroya kabupaten Cilacap tahun 2010 hanya 4 bayi dari 19 bayi yang menderita diare akut atau hanya 21,1%
Pada bayi yang diberi ASI ekslusif ada yang menderita diare akut dikarenakan berbagai macam faktor diantaranya adalah faktor lingkungan dan bayi yang umurnya kurang dari 6 bulan jaringan ususnya belum
sempurna sehingga memudahkan kuman atau bakteri masuk di dalamnya sehingga bisa menyebabkan terjadinya diare. Kuman atau bakteri ini masuk bukan karena faktor ASI tapi karena faktor kebersihan saat menyusui kurang memperhatikan kebersihan seperti cuci tangan dan membersihkan payudara.
Menurut Suharyono (1991), ASI mampu memberikan perlindungan baik secara aktif maupun pasif, karena ASI tidak saja menyediakan perlindungan terhadap infeksi, tetapi juga merangsang perkembangan sistem kekebalan bayi yang tidak dimiliki oleh susu formula. ASI mengandung lactoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan, Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri E. Coli dan Salmonella dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per ml. Factor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flore usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan(Siregar, 1994).
KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagian besar bayi tidak mengalami diare akut yaitu sebanyak 20 bayi atau 51,3% dan bayi yang mengalami diare akut sebanyak 19 bayi atau 48,7%. Bayi yang diberi ASI ekslusif sebanyak 17 bayi atau 43,6% dan yang diberi susu formula sebanyak 22 bayi atau 56,4%. Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna pada kejadian diare akut pada bayi 0-6 bulan yang diberi ASI ekslusif dan yang diberi susu formula, dengan nilai chi square sebesar 5,970 dan p-value sebesar 0,015 pada α = 0,05.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, 2002 Ibu Rumah Tangga Sama Sekali Tidak Bekerja (online) http://babiesonline.com/articles/familymemoryjournal.asp.
Anonim, 2009. Nutrisi dan Perawatan Anak (online) http://www.enfama.com
Arikunto, 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta: Jakarta
Basirun Al Ummah, M, 2009. Metode Penelitian Kesehatan, LPPM Gombong.
Brunner & Sudarth, 2000. Keperawatan Medikal Bedah, EGC : Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 2001. Pedoman Pemberian ASI. Depkes RI : Jakarta
Dinas Kesehatan. 2007 Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2007. Dinkes propinsi Jawa Tengah : Semarang
Dinas kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2008. Dinkes Kabupaten : Cilacap
Enjang, I. (2000). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra Aditya Bakti : Bandung
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3. FKUI : Jakarta
Markum, A.H. 2000. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. FKUI : Jakarta
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta
Pudjiadi, Solihin. 2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
Roesli, Utami. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Ekslusif, Makanan Pendamping Tepat dan Imunisasi Lengkap. PT. Elex Media Komputindo : Jakarta
Siregar, Moelia Radja. 1994. Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Soegijanto, S. 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika
Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : IKAPI
Suharyono. 1991. Konsep ASI Ekslusif. EGC : Jakarta
Sukersa, 2001. Penyakit Diare. Penerbit Rineka Cipta : Jakarta
Suraatmaja, S. 2005. Gastroenterologi Anak. Jakarta